Kamis, 02 Juni 2016

8 Lagu Akustik yang Pas Didengarkan Sambil Ngelamun

Namanya hidup pasti ada kalanya kita menghadapi banyak permasalahan dan dilanda kebosanan. Kalau berbagai cara sudah kamu tempuh nih untuk mengatasinya dan gak berhasil, mendengarkan lagu curhat mungkin bisa jadi solusinya nih guys!
Lagu seperti apa sih yang cocok untuk menenangkan pikiranmu saat ini? Tentunya bukan yang hard rock heavy metal gitu-gitu yaa wkwkwk. Lagu bernuansa akustik yang identik dengan petikan gitar dan harmoni vokal yang kemungkinan bisa membangkitkan kembali mood-mu yang lagi porak poranda hihi :D
Deretan lagu akustik berikut ini aku sediain untuk jadi temen ngelamun yang pas! Bisa dinikmati sambil menikmati senja, atau nyeduh teh panas sebelum tidur. Yuk simak 8 lagu akustik asik berikut ini, check this out!
1.   Cinta dan Rahasia - Yura Yunita feat Glenn Fredly
Lagu sendu yang satu ini sedang ngehits banget di kalangan anak muda. Suara lembut Yura Yunita ditambal dengan empuknya vokal Glenn Fredly bikin lagu ini gawat maksimal. 'Namun kau tahu, cinta tak bisa kau salahkan'

2.   Resah - Payung Teduh
Untuk urusan akustik, Payung Teduh bisa dibilang salah satu yang terbaik. Setuju? Sedikit bercerita, lagu berjudul Resah ini kisahnya tentang pasangan yang sedang dilanda LDR. Tapi dengan lirik yang puitis, tingkat keintimannya jadi lebih terasa.

3.   Untitled - Maliq and D'Essentials
Yakin deh lagu ini termasuk yang ditunggu-tunggu saat Maliq and D'Essentials manggung. Untitled jadi lagu 'killer' andalan Angga dkk. Tahu nggak sih kalau lagu ini adalah ciptaan sang gitaris, Lale?

4. Orang Ketiga - Hivi!
Meski Orang Ketiga bukan single perdana Hivi! di kancah musik, lagu ini berhasil membawa nama kuartet ini sukses di industri musik. Seakan menjadi trademark, single ini wajib dihapal oleh Hi Friends, sebutan penggemar Hivi!.

5.   Dekat Di Hati – RAN
Nggak biasanya RAN merilis lagu dengan aransemen yang simpel. Namun saat mereka melakukannya, ternyata sukses juga. Dekat Di Hati bahkan mendapat apresiasi keren di radio maupun televisi. Bisa dibilang lagu ini jadi theme song sejuta umat pelaku LDR. 

6. Sempurna - Andra and The Backbone
Garang saat bawain lagu rock, Andra and The Backbone mendadak romantis saat menggarap lagu akustik. Sempurna! Denger-denger saking populernya lagu ini sampai dicover oleh artis Korea loh.

7. Bila Engkau – Flanella
Masih ingat Flanella? Band asal Malang ini sempat ngehits dengan single Bila Engkau yang mendayu-dayu. Lagu ini bisa banget nih jadi inspirasimu buat nembak gebetan.

8. Harmoni – Padi
Sesuai dengan judul lagunya, lagu bernuansa akustik cenderung terasa harmonis. Harmoni menjadi single Padi di mana Piyu menyumbangkan suaranya. Namun sayangnya langkah Padi kini nggak harmonis lagi yaa.



Eksistensi Kahitna Tak Pernah Padam

Kalo ngomong grup musik tahun 90-an yang hingga kini masih eksis, maka nama Kahitna menjadi salah satunya nih yaa. Akan sangat gak adil jika kita gak membicarakan Kahitna yang sejak kemunculannya masih mampu bertahan sampe sekarang. Kahitna sendiri dibentuk pada tahun 1986 oleh sang pianis yaitu Yovie Widianto. Dalam bermusik Kahitna selalu mengusung tema cinta dengan lirik lagu yang selalu mampu membuat pendengarnya tersentuh.

Meski selalu membicarakan tentang cinta, Kahitna tak pernah monoton dalam membawakan musik. Yovie Widianto dan kawan-kawan selalu membawakan musik yang beragam mulai dari Jazz hingga pop atau etnik.
Sebagai grup musik yang langgeng sampai saat ini, Kahitna juga hampir gak pernah berganti personel. Hanya Ronny Sianturi saja yang hengkang pada tahun 1997 silam. Sisanya seperti Hedi Yunus, Carlo Saba, Mario Ginanjar, Yovie Widianto, Doddy IS, Harry Suhardiman, Budiana, Andrie Bayuadjie, dan Bambang Purwono masih memperkuat Kahitna.
Kahitna sendiri mulai merilis album di tahun 1994 yang bertajuk 'Cerita Cinta' Album perdana mereka tersebut sukses mendapatkan perhatian dari penikmat musik di Indonesia. Bahkan 2 tahun setelahnya yaitu di tahun 1996 mereka merilis album kedua bertajuk 'Cantik'.
Lagu berjudul 'Cantik' yang ada di album kedua Kahitna dengan judul yang sama menjadi salah satu lagu mereka yang paling banyak peminatnya. Nih, aku kasih lirik lagu berjudu 'Cantik' dari Kahitna untuk menemani kamu bernostalgia.
Cantik...
Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan
Dirimu

Cantik...
Bukan ku ingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu...
Ooo...

Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu...

Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Cantik...
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu...
Ooo...

Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu...

Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Ingin ku berjalan menyusuri cinta
Cinta yang abadi untukmu selamanya...
Heeeei..... heya ya ya heya ya ya heya...

Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

Source : Bintang.com

Senin, 23 Mei 2016

[Barasuara] Selamat Datang Taifun!



Butuh keberanian yang besar bagi aku untuk menulis tentang Barasuara dan album perdana mereka, Taifun. Salah satu alasannya adalah karena seseorang dibalik band ini merupakan musisi Indonesia yang sangat aku kagumi sejak bertahun-tahun yang lalu. Selain itu, saat pertama kali aku mendengarkan Taifun, hanya perasaan takjub meluap-luap yang kurasakan. Bahkan saat ini, saat akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai menulis  ditemani segelas es the manis, memasang earphone di kedua telinga dan mendengarkan Barasuara, perasaan itu masih ada. Maka,sejatinya tulisan ini bukanlah review, melainkan euphoria semata.

Adalah Iga Massardi, sosok idealis dibalik terbentuknya band ini sejak tahun 2012. Bagi pendengar musik indie Indonesia pastilah mengenal gitaris ini sejak tergabung dalam The Trees and The Wild, Tika & The Dissidents, hingga Soulvibe. Ia juga sering menjadi gitaris pengiring bagi penyanyi pop terkenal, Raisa Andriana. Aku tertarik untuk mengenal sosoknya (melalui Twitter dan Instagram).


Dulu sekali aku pernah membaca artikel tentang personil band yang memutuskan untuk bersolo karir atau membentuk band lain. Bayangkan bahwa membangun sebuah band seperti membangun keluarga. Saat anak-anak masih kecil mereka biasanya tidur dalam satu kamar. Setelah beranjak dewasa, mereka ingin memiliki dan mendekorasi kamar mereka sendiri. Mungkin saja analogi ini dapat mempresentasikan alasan Iga Massardi membentuk Barasuara. Dan mungkin saja semuanya berawal dari kegelisahan batin. Kira-kira deskripsi singkatnya seperti ini : sebuah ide yang merasuki pikiran, semakin dipikirkan semakin menjadi-jadi, imajinasi meluap-luap, dan….

Yang menarik adalah, selain sebagai gitaris, Iga Massardi juga mengambil peran sebagai vokalis. Penjelasan mengenai hal ini dapat dibaca pada artikel BARASUARA. Di awal Barasuara dikenalkan ke publik, aku lumayan kaget dengan formasi ini. Tapi setelah beberapa waktu berselang aku tidak bisa membayangkan orang lain yang cocok untuk menjadi vokalis Barasuara kecuali Iga Massardi sendiri (weheee aku terlalu terpanah :’D). Barasuara juga memiliki dua vokalis perempuan yaitu Puti Chitara dan Cabrini Asteriska. Gitaris lainnya diisi oleh TJ Kusuma, sebagai bassist adalah Gerald Situmorang, dan Marco Steffiano ditunjuk sebagai drummer. Mereka adalah musisi-musisi mumpuni yang telah berpengalaman.

Tiga tahun mungkin waktu yang cukup lama untuk menelurkan sebuah album. Namun ekspektasi yang diciptakan sejak awal sama sekali tidak mengecewakan orang-orang yang telah menunggu lahirnya album ini. Seperti salah satu lagu di album yang rilis tanggal 16 Oktober 2015 (versi digital), album ini berjudul Taifun. Setelah diselenggarakannya konser tunggal pada tanggal 22 Oktober 2015, rilisan fisik album ini segera didistribusikan oleh label Demajors.


Secara garis besar aliran Barasuara adalah rock. Namun musik rock yang disajikan oleh orang-orang ini terasa berbeda. Segar dan memiliki jati diri. Semua lagu di album Taifun ditulis dalam bahasa Indonesia dan seluruhnya diciptakan oleh Iga Massardi. Di salah satu interview, Iga Massardi mengutarakan bahwa ia ingin membuat musik yang memiliki identitas bangsanya. Dan aku rasa, Barasuara berhasil menghadirkan musik yang memiliki “rasa” Indonesia.

Terdapat sembilan lagu di dalam album yang diproduseri oleh Raisa Andriana ini. Menariknya, hampir semua lagu di album ini tidak memiliki chorus. Uniknya lagi, dalam penulisan seluruh lirik, Iga Massardi mengambil sudut pandang sebagai “aku/kami” yang menunjuk pada orang kedua, yaitu “kamu”.

Baramu padam, baramu padam. Lara menyala tanpa suara (Nyala Suara)

Semua yang kau rindu. Semua menjadi abu. Langkahmu tak berkawan. Kau telah sia siakan (Sendu Melagu)

O! Itu tak kau lihat tak kau ragu. Peluh dan peluru hujam memburu. Bahasamu bahas bahasanya. Lihat kau bicara dengan siapa (Bahas Bahasa)

Sempurna yang kau puja dan ayat-ayat yang kau baca. Tak kurasa berbeda, kita bebas untuk percaya. “Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” (Hagia)

Lepaskan rantai yang membelenggu. Nyalakan api dan lenteramu (Api dan Lentera)

Di dalam mu dendam parah bersarang. Perih mencekam, perih mencekam. Pedih bersulang, pedih bersulang. Lara bersarang, lara bersarang (Menunggang Badai)

Keras serapah dari semua yang kau tahu. “Apapun yang kan kamu cari adalah bisikanku” (Tarintih)

Sembuhkan lukamu yang membiru. Serpihan hatimu yang berdebu. Pagimu yang terluka. Malammu yang menyiksa (Mengunci Ingatan)

Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari. Tawamu lepas dan tangis kau redam di dalam mimpi yang kau simpan sendiri. Sumpah serapah yang kau ucap tak kembali. Tak kembali (Taifun)

Katakan selamat tinggal pada tema cinta romantis yhaaa. Di album ini tak satupun lirik yang akan membuat pendengar melambung atau merona. Tema lagu-lagu di album Taifun jauh lebih “berisi”, menyentuh tema-tema psikologis yang lebih mendalam. Perasaan yang ditinggalkan oleh masing-masing track hanyalah perasaan emosional yang menghentak-hentak. Akhir kata, selamat mencicipi masterpiece yang sudah digadang-gadang sebagai album terbaik tahun ini hehehe. Selamat menyalakan BARASUARA!
#LongLiveLocalMusic (*liarenyapril)

[ PS: Saat Barasuara melalukan rangkaian Taifun Tour ke beberapa kota besar di Indonesia, sayang aku tidak berkesempatan menonton secara live karena (lagi-lagi) aku tak punya teman nonton yang ‘sepaham’ dengan musik Indonesia yang berkelas ini. Hmmm sedih]

[Monita Tahalea] Filosofi Bunga Liar Dalam Album Dandelion




Dandelion, bunga liar berwarna putih seperti gumpalan kapas yang hidup berkoloni. Jika tertiup angin, benihnya yang kecil dan ringan akan terbang meninggalkan sang bunga. Di manapun benihnya jatuh dan mengering, di sanalah bunga Dandelion akan tumbuh. Selama kehidupannya, bunga Dandelion akan terus menghasilkan benih-benih yang akan diterbangkan angin dan menghasilkan bunga-bunga baru. Seperti harapan.

Filosofi tentang bunga Dandelion inilah yang menjadi inspirasi judul album ke-dua milik penyanyi jazz Indonesia, Monita Tahalea. Album yang rilis tanggal 1 Desember 2015 lalu ini berisikan sembilan lagu yang didistribusikan oleh label Demajors. Dandelion rampung diproduksi berselang lima tahun sejak album pertama (Dream, Hope, & Faith) milik penyanyi jebolan Indonesian Idol ini dirilis di tahun 2010 lalu.

 
Bagiku pribadi, album ini merupakan satu diantara tiga musisi yang sangat aku tunggu rilis albumnya (selain Barasuara dan Payung Teduh). Penantian lima tahun berbuah manis dengan kehadiran album Dandelion yang menawan. Lagu andalan berjudul “Memulai Kembali” ini tidak henti aku ulang. Very easy listening song!

 
Materi yang ditawarkan album yang diproduseri Monita dan Gerald Situmorang ini tidak jauh berbeda dengan album terdahulu, lagu-lagu bertema cinta yang dibalut musik pop dan jazz. Namun tema yang disajikan tidak melulu tentang cinta sepasang kekasih, beberapa lagu menceritakan tentang persahabatan, kehidupan, dan harapan.

Lagu berjudul “Hai” yang bernuansa riang menjadi pembuka album yang sebagian besar direkam di SAE Studio ini. Liriknya dapat menjadi penyemangat hidup bagi sahabat yang sedang terluka. “Hai teman, apa kabar? Lama tak ku dengar suaramu. Apa harimu bermentari? Adakah malam dihiasi mimpi? Hai teman, hapus sudah senyum kelabu di wajahmu. Masa yang lalu telah berlalu. Kini hari baru bernyanyi untukmu.”

Memulai Kembali menjadi track kedua di album Dandelion. Sebelumnya aku hanya mendengarkan audio versi live lagu ini di Youtube sebelum video musik lagu ini resmi dirilis. Mudah menyukai lagu yang diaransemen oleh Gerald Situmorang ini. Namun ternyata versi album Dandelion memiliki aransemen yang jauh lebih kompleks. Mendengarkan paduan irama dan harmoni aransemennya saja sudah membuat kecanduan.
Lagu ke-empat berjudul Perahu (Perahu Jingga), lagu tentang harapan dengan lirik fantasi namun bagiku terdengar kelam. Walaupun begitu, diantara sembilan lagu di album ini Perahu adalah lagu yang paling aku sukai setelah Memulai Kembali. 

Jika sebelumnya berekspektasi bahwa album ini akan menjadi album yang “manis”, maka lagu ke lima berjudul “Bisu” mematahkan ekspektasi tersebut. Lagu ini merupakan salah satu lagu up-beat dengan lirik yang powerful.  “Diam seribu bahasa. Simpan sejuta makna. Kini ku rangkai kata. Coba sampaikan rasa. Oh bebaskanlah oh lepaskanlah. (Apa yang kau pikirkan) apa yang kau pikirkan. (Namun tak diucapkan) namun tak diucapkan. (Apa yang kau rasakan) apa yang kau rasakan. (Namun tak diucapkan) namun tak diucapkan”.

Track ke-enam diisi oleh sebuah ballad berjudul “Saat Teduh”, satu diantara dua lagu dengan aransemen paling minimalis di album Dandelion. Walaupun menghanyutkan, tetap enak dinikmati.

Setelahnya, satu-satunya lagu berbahasa Inggris berjudul I’ll Be Fine mengisi track ke-tujuh di album ini. Seperti “Bisu”, I’ll Be Fine bertempo cepat dengan tema move-on. “Today another day has gone. And I’m still here all alone stuck with the pieces of yesterday. Yesterday wasn’t enough. Sometimes life can be so tough . With all your love one hurting you. What about faith doesn’t it conquer? And you find the strength within you to go on”.

Album Dandelion ditutup oleh lagu berjudul Breathe. Meskipun berjudul Bahasa Inggris, lirik lagu ini ditulis dalam Bahasa Indonesia. Meskipun terkesan seperti lagu cinta biasa, namun aku menginterpretasikan lagu ini sebagai lagu spiritual yang menceritakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Secara keseluruhan, bagiku album ini terasa positif, powerful, namun hangat dan feminin. Beberapa lagu cocok didengarkan saat teduh menuju senja, lagu-lagu lain dapat didengarkan saat berbagai macam pikiran hinggap di kepala. Mungkin juga saat jatuh cinta guys.