“Bagi saya, sebuah lagu adalah entitas spesial
bernyawa yang ditakdirkan untuk menemukan serta memilih sendiri siapa
pelantunnya, siapa tuannya, siapa induknya, siapa yang mengasuhnya. Alih-alih
penyanyi berbandrol “kelas wahid” dengan teknik suara ekstravagant dan sejumlah
atribut keemasan lainnya, sejumlah lagu yang saya tulis lebih memilih sosok
pelantun bersuara sederhana, jauh dari embel-embel mumpuni. Ia bernyanyi tidak
hanya semata-mata dengan pita suaranya saja, melainkan melibatkan batinnya.
Adalah Danilla JP Riyadi yang menjadi sosok ibu bagi lagu-lagu yang berderet di
album ini, ia amat mencintai lagu yang ia lantunkan sebagaimana seorang ibu
mencintai anaknya”.
Begitulah
testimoni Lafa Pratomo mengenai Danilla dan album Telisik yang ia produseri.
Mau tidak mau saya setuju dengan sang produser. Suara Danilla memang tidak
“wah” seperti seorang diva, namun bagiku cara bernyanyinya yang unik memiliki
pesona tersendiri. Yang pasti, lagu-lagu serta musik indah karya Lafa
berkolaborasi dengan “ajaib” dengan suara Danilla yang teduh.
Memang
sudah lama nama ini aku baca di twitter milik label Demajors, namun entah
kenapa aku tidak tertarik mencari tahu tentangnya. Dalam pikiran, ia penyanyi
pop dengan suara merdu seperti Raisa, Lala Karmela, dll. Lagu pertama yang aku
dengarkan adalah Terpaut Oleh Waktu. Penasaran dengan penampilan penyanyinya,
aku beralih ke Youtube dan menemukan video klipnya yang absurd. Tak sampai
disana, saya juga menemukan “keanehan” di video klip Ada Di Sana. Hingga
akhirnya, aku sempat mendengarkan lagu-lagunya di Soundcloud dan bertekad untuk
memiliki album fisik Telisik.
Terdapat
13 track di album Telisik. Hampir semua lagu ditulis dan diaransemen oleh Lafa
Pratomo. Lagu pertama berjudul Penutupan. Liriknya hanya satu baris “..terjebak di lintasan waktu,
terbujur aku dan membatu..”. Lagu pembuka yang terasa suram. Namun
di track kedua, pendengar disuguhi lagu cinta mendayu berjudul Ada Di Sana.
Aroma jazz terasa di lagu ini. Dan liriknya, walaupun berkisah tentang jatuh
cinta namun tidak terkesan cengeng. ” Sudikah
kiranya kau, mengizinkan diriku untuk sejenak berkunjung ke dalam
hatimu..pastikan ku ada di sana” begitulah sepenggal liriknya.
Lagu
selanjutnya berjudul Senja Di Ambang Pilu. Walaupun judulnya muram, namun lagu
ini adalah salah satu lagu yang lumayan nge-beat
dan bertempo cepat. Liriknya sendiri bercerita tentang kerinduan yang amat
sangat terhadap seseorang. “Tak
berdaya ku berada di ambang waktu untuk memulai pilu. Kutenggelam ke alam sepi,
ku ditelan sunyi memikirkanmu (memikirkanmu)”.
Buaian
mengisi posisi track ke empat. Lagu beraroma swing ini bercerita tentang jatuh
cinta. “Buaian,
pesona dirimu membawaku masuk ke alam buaian. Masih teringat jelas waktu kau
hadir di depanku. Buaian, buaian..terpukau ku dibuatmu”. Namun
mungkin ada kalanya perasaan cinta itu dinikmati sendirian. “Tak perlu kau mengerti, rasaku
kepadamu, biarkan jadi urusanku. Tak usah kau pahami rasamu kepadaku, biarkan
jadi urusanmu”.
Lagu
selanjutnya adalah Reste Avec Moi yang ditulis oleh ibu Danilla sendiri, Ika
Ratih Poespa. Aku tidak mengerti bahasa prancis dan aku belum menemukan
terjemahan yang tepat untuk lagu ini haha. Namun, sepertinya lagu ini bercerita
tentang mengajak seseorang untuk tidak pergi dan tetap tinggal. Sejujurnya aku
lebih menyukai versi akustik yang terdengar lebih emosional.
Track
keenam berjudul Wahai Kau, diawali dengan petikan gitar dan suara teduh Danilla
bernyanyi ” Wahai kau,
yang kerap tersenyum manis di benakku. Berhentilah. Agar kusanggup tidur kali
ini”. Di lagu ini Danilla berduet dengan sang produser Lafa
Pratomo. Lagu swing ini semakin terasa manis saat ditambah suara siulan,
membuat kita terbuai dan berbunga-bunga.
Terpaut
Oleh Waktu adalah track ketujuh yang beraliran jazz bertempo lambat. Lagu ini
menjadi favoritku! Aransemennya sederhana dan didominasi oleh piano. Liriknya
puitis dan sukar dimengerti “
Bayangmu ingin kucumbu, tapi tersapu oleh sadarku. Nyatamu, kian merayu.
Terbius aku hingga membeku. Tapi kuterharu kau terpaut oleh waktu”.
Lagu
selanjutnya adalah OH NO! (Trembling Theory). Lagu dengan aransemen yang
lumayan rumit dan berat. Sebuah sumber menyebutkan bahwa lagu ini bercerita
tentang sex. Uh oh, i agree. Mendengarkannya saja membuat kita menarik nafas,
apalagi ditambah bunyi-bunyian gitar elektrik yang mendominasi. Liriknya tidak
eksplisit, malah dapat diartikan ke suasana lain. “Oh no, it start again i’m trembling and wane. Oh
no, it ruins my brain i’m going insane”.
Di
lagu kesembilan, Danilla menulis lagu tentang Junko Furuta, seorang siswa yang
disiksa, diperkosa, dan dibunuh pada tahun 1980an. Setelah membaca kisah
tentang Junko Furuto, Danilla bertekad untuk membuat lagu tentangnya. Hingga
terciptalah sebuah lagu jazz..soul yang sangat kelam. Liriknya membuat saya
merinding “ How could
you build a revenge while you calmed your heart? How could you woke you hate
while death is the new bed?”.
Tinggalkan
lagu Junko Furuta yang tragis, kita beralih ke track sepuluh yang berjudul
Berdistraksi. Lagu ini sepertinya bercerita tentang kecemburuan. Salah satu
lagu swing yang membuat kita ingin berdendang dan bergoyang. Liriknya puitis
dan sederhana, namun mengena. “Ku
melangkah terseok tuk dibunuh waktu. Seingatku waktu itu kau bersamanya. Ku
menjadi bulan-bulanan oleh perasaan. Ku diabaikan dalam sendu. Hatiku membiru,
terperangkap. Menggerutu”.
Lagu
selanjutnya berjudul Bilur. Lagu ini sangat sulit diartikan. Aku masih belum
tahu lagu ini bercerita tentang apa. Sepertinya sangat filosofis. Seperti Junko
Furuta, lagu ini menyayat-nyayat jiwa, apalagi ditambah dengan gesekan biola. “Dan kita bertahan dalam sebuah
kekhilafan. Mengingkara nyata, dipisahkan tuan. Siapakah kita? Tiada perlu
diartikan. Karena dalam diam, saling merasakan”.
Lagu
ke 12 adalah sebuah cover version, My Favorite Things, salah satu lagu di film
musikal The Sound Of Music. Versi Danilla lebih jazzy dan lebih panjang. Versi
akustik aku dengarkan di souncloud milik Danilla, kali ini berduet dengan Lafa
Pratomo. Dan aku lebih menyukai versi tersebut, hehehe.
Sebagai
lagu penutup berjudul Pendahuluan. Seperti Penutupan, lagu ini hanya satu baris
“..tiada lagi yang
bisa temani ragaku…tiada lagi yang bisa bekali jiwaku..”.
ya ampun bnyak banget artis indo baru yg berbakat.. knpa rasanya mereka jarang terdengar
BalasHapus