Deretan Musisi Folk sebagai Penyegar, Saat Musik Indonesia Terasa Membosankan

"Musik adalah aktivitas mengisi ruang dan waktu dengan suara (audio)."

Bagi temen-temen yang mulai khawatir nggak bisa lagi dengerin musik berkualitas di Indonesia, jangan nyerah dulu dengan berpaling langsung dengerin musik-musik import. Sebenarnya, Indonesia memiliki talenta-talenta yang patut diapresiasi lho!. Pertama, karena mereka out of the box dengan keteguhan mereka berkarier di musik indie yang mandiri. Kedua, keteguhan mereka mengelola musik tanpa harus terjebak pada selera pasar alias anti-mainstream banget. Pokoknya nggak terjebak nostalgia aka wkwkwk :D

Kalo ngomongin folk secara luas, pasti bahasannya jadi panjang banget kayak kereta 10 gerbong hahaha. Karena folk sangat berkaitan dengan perkembangan musik di seluruh dunia sejak abad ke-19. Kalo di Indonesia sendiri, menurutku folk berakar dari balada hingga sekarang menjadi musik ke-kini-an itu mulai bergeliat ketika ada Payung Teduh. Menurutku, musik ini nggak pernah mati! Cuma memang kuantitasnya nggak banyak.

Semakin banyaknya band folk yang bermunculan, makin banyak juga pilihan lagu yang bias kita denger. Nah, disini aku akan kasih beberapa deretan musisi folk yang bias kamu dengerin saat kebosanan melanda hari-harimu. Tapi bukan berarti di luar nama-nama band dibawah ini, nggak keren ya! Semua keren, as long as you enjoyed it! Ini dia daftarnya!

1.  Payung Teduh

Terbentuk pada akhir 2007 dengan 2 personil, yaitu Is dan Comi. Uniknya, band yang satu ini (nggak bias dikatakan band sih) sengaja membawa nuansa jazz dan keroncong yang kental. Namun, mereka nggak akan berhenti pada salah satu genre musik aja.

Berangkat dari komunitas seni teater, musik yang dibawakan Payung Teduh cenderung punya lirik dan makna yang dalam. Dengan single hits Berdua Saja dan Untuk Perempuan yang sedang di Pelukan, jangan kaget kalau kalian bisa mendadak galau gara-gara dengerin musik mereka! Uuwww :3

2.  Silampukau

Lahir dari Tanah Surabaya yang memulai debut dengan meluncurkan EP (Extantion Play) berjudul Sementara Ini pada Agustus 2014. Band asal Surabaya ini kemudian meluncurkan Album yang berisi 10 lagu dengan judul Desa Kota dan Kenangan pada 19 April 2015. Salah satu lagunya yang berjudul Puan Kelanasangat apik membawa suasana Eropa dan Surabaya. Suara terompet yang samar di awal lagu sanggup menghadirkan Paris melalui nada. Apalagi ada potongan lirik berbahasa Prancis di dalam lagi itu. Lagu-lagu  mereka yang easy listening berhasil membuat mood-mu lebih baik.

3.  Stars and Rabbit

Band asal kota Gudeg ini selalu mennyihir penonton di tiap panggung yang mereka mainkan. Hampir nyaris dipadati orang yang kebanyakan sudah paham dengan lagu-lagu mereka yang awalnya disebarluaskan versi digital illegal. Kini, grup musik ini telah mempunyai album penuh yang telah rilis secara resmi, guys!

Kelebihan Stars and Rabbit adalah energi magis lewat suara Elda, si vokalis. Semoga energi mereka makin kuat untuk terus berkarya. Jujur, pertama tahu mereka itu dari program Breakout di NET. TV pas sore-sore pulang dari kampus. Enak juga ternyata dengan segala keunikan yang mereka miliki. Kalo ada kesempatan, pengen banget deh liat mereka secara live yang karyanya luar biasa nggak bisa ditebak.

4.  Banda Neira

Musik nuansa politis, bias dikemas dengan manis oleh Banda Neira. Sudah punya album yang sangat menarik. Memainkan music dengan kemasan yang sederhana; vocal yang indah, gitar akustik harmoni dan suara yang selaras. Aahhh perfect! Kalo denger lagu-lagu mereka tuh, ati-ati. Bisa jadi, jiwa terbawa merasuk pada tiap lirik dan deningan dawai gitar yang aduhai mesra. Lagu berjudul Hujan di Mimpi jadi andalanku tiap dengerin lagu lewat earphone. Coba kalian denger juga yaa!

5.  Float

Film 3 Hari Untuk Selamanya mungkin akan terasa sangat biasa saja tanpa sentuhan Sementara yang sangat polos dan 3 Hari Untuk Selamanya yang begitu catchy. Keahlian Float ini juga terlihat dalam terobosan bentuk gig yang ada di Indonesia. Ketika televisi selalu menayangkan atraksi kucek-jemur setiap pagi, Float justru membawa penonton menyambangi alam dengan menggelar konser bertajuk Float2Nature. Pada gig tersebut, penonton dapat menginap, camping bersama, menghirup udara segar dan mendengarkan Stupido Ritmo. Uuuwww jadi pengen! :3

6.  Dialog Dini Hari

Tiga Album telah dihasilkan oleh Dialog Dini Hari, Band Folk asal Denpasar Bali. Beranda Taman Hati, Self-Titled, Lengkung langit adalah pembuktian bahwa jalur mandiri tidak menghentikan produktivitas. Dankie, yang juga merupakan pentolan band Grunge Navicula membawa Dialog Dini Hari bersama Brozio Orah dan Deny Surya pada labuhan musik easy listening yang tidak remeh-temeh. Beberapa nomor seperti Lengkung Langit dalam Album Lengkung Langit sungguh dapat membuatmu optimis menjalani pagi.

7.  Frau

Punya nama panggung Frau, gadis yang mahir main keyboard ini nama aslinya Leilani Hermiasih. Lahir di Yogyakarta, Lani ternyata sudah menciptakan sekitar 18 lagu sejak di bangku SMA. Musiknya yang diakui terpengaruh oleh Regina Spektor ternyata mendapat sambutan hangat dari penikmat indie tanah air. Satu yang pasti, bahwa Mesin Penenun Hujan memberi suasana baru bagi pengalaman musikal orang Indonesia.

Musik tidak dapat dilihat setengah-setengah, ada banyak unsur di dalamnya yang harus di dalami. Tapi kalau memang tidak berniat mendalami, ya cukup dengarkan saja. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, semuanya berpadu membentuk keharmonisan. Persis seperti apa yang menjadi tujuan utama karya musik. Yaitu menyuguhkan pesan dan hiburan. (*liarenyapril) #LongLiveLocalMusic