Senin, 23 Mei 2016

[Barasuara] Selamat Datang Taifun!




Butuh keberanian yang besar bagi aku untuk menulis tentang Barasuara dan album perdana mereka, Taifun. Salah satu alasannya adalah karena seseorang dibalik band ini merupakan musisi Indonesia yang sangat aku kagumi sejak bertahun-tahun yang lalu. Selain itu, saat pertama kali aku mendengarkan Taifun, hanya perasaan takjub meluap-luap yang kurasakan. Bahkan saat ini, saat akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai menulis  ditemani segelas es the manis, memasang earphone di kedua telinga dan mendengarkan Barasuara, perasaan itu masih ada. Maka,sejatinya tulisan ini bukanlah review, melainkan euphoria semata.

Adalah Iga Massardi, sosok idealis dibalik terbentuknya band ini sejak tahun 2012. Bagi pendengar musik indie Indonesia pastilah mengenal gitaris ini sejak tergabung dalam The Trees and The Wild, Tika & The Dissidents, hingga Soulvibe. Ia juga sering menjadi gitaris pengiring bagi penyanyi pop terkenal, Raisa Andriana. Aku tertarik untuk mengenal sosoknya (melalui Twitter dan Instagram).


Dulu sekali aku pernah membaca artikel tentang personil band yang memutuskan untuk bersolo karir atau membentuk band lain. Bayangkan bahwa membangun sebuah band seperti membangun keluarga. Saat anak-anak masih kecil mereka biasanya tidur dalam satu kamar. Setelah beranjak dewasa, mereka ingin memiliki dan mendekorasi kamar mereka sendiri. Mungkin saja analogi ini dapat mempresentasikan alasan Iga Massardi membentuk Barasuara. Dan mungkin saja semuanya berawal dari kegelisahan batin. Kira-kira deskripsi singkatnya seperti ini : sebuah ide yang merasuki pikiran, semakin dipikirkan semakin menjadi-jadi, imajinasi meluap-luap, dan….

Yang menarik adalah, selain sebagai gitaris, Iga Massardi juga mengambil peran sebagai vokalis. Penjelasan mengenai hal ini dapat dibaca pada artikel BARASUARA. Di awal Barasuara dikenalkan ke publik, aku lumayan kaget dengan formasi ini. Tapi setelah beberapa waktu berselang aku tidak bisa membayangkan orang lain yang cocok untuk menjadi vokalis Barasuara kecuali Iga Massardi sendiri (weheee aku terlalu terpanah :’D). Barasuara juga memiliki dua vokalis perempuan yaitu Puti Chitara dan Cabrini Asteriska. Gitaris lainnya diisi oleh TJ Kusuma, sebagai bassist adalah Gerald Situmorang, dan Marco Steffiano ditunjuk sebagai drummer. Mereka adalah musisi-musisi mumpuni yang telah berpengalaman.

Tiga tahun mungkin waktu yang cukup lama untuk menelurkan sebuah album. Namun ekspektasi yang diciptakan sejak awal sama sekali tidak mengecewakan orang-orang yang telah menunggu lahirnya album ini. Seperti salah satu lagu di album yang rilis tanggal 16 Oktober 2015 (versi digital), album ini berjudul Taifun. Setelah diselenggarakannya konser tunggal pada tanggal 22 Oktober 2015, rilisan fisik album ini segera didistribusikan oleh label Demajors.


Secara garis besar aliran Barasuara adalah rock. Namun musik rock yang disajikan oleh orang-orang ini terasa berbeda. Segar dan memiliki jati diri. Semua lagu di album Taifun ditulis dalam bahasa Indonesia dan seluruhnya diciptakan oleh Iga Massardi. Di salah satu interview, Iga Massardi mengutarakan bahwa ia ingin membuat musik yang memiliki identitas bangsanya. Dan aku rasa, Barasuara berhasil menghadirkan musik yang memiliki “rasa” Indonesia.

Terdapat sembilan lagu di dalam album yang diproduseri oleh Raisa Andriana ini. Menariknya, hampir semua lagu di album ini tidak memiliki chorus. Uniknya lagi, dalam penulisan seluruh lirik, Iga Massardi mengambil sudut pandang sebagai “aku/kami” yang menunjuk pada orang kedua, yaitu “kamu”.

Baramu padam, baramu padam. Lara menyala tanpa suara (Nyala Suara)

Semua yang kau rindu. Semua menjadi abu. Langkahmu tak berkawan. Kau telah sia siakan (Sendu Melagu)

O! Itu tak kau lihat tak kau ragu. Peluh dan peluru hujam memburu. Bahasamu bahas bahasanya. Lihat kau bicara dengan siapa (Bahas Bahasa)

Sempurna yang kau puja dan ayat-ayat yang kau baca. Tak kurasa berbeda, kita bebas untuk percaya. “Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” (Hagia)

Lepaskan rantai yang membelenggu. Nyalakan api dan lenteramu (Api dan Lentera)

Di dalam mu dendam parah bersarang. Perih mencekam, perih mencekam. Pedih bersulang, pedih bersulang. Lara bersarang, lara bersarang (Menunggang Badai)

Keras serapah dari semua yang kau tahu. “Apapun yang kan kamu cari adalah bisikanku” (Tarintih)

Sembuhkan lukamu yang membiru. Serpihan hatimu yang berdebu. Pagimu yang terluka. Malammu yang menyiksa (Mengunci Ingatan)

Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari. Tawamu lepas dan tangis kau redam di dalam mimpi yang kau simpan sendiri. Sumpah serapah yang kau ucap tak kembali. Tak kembali (Taifun)

Katakan selamat tinggal pada tema cinta romantis yhaaa. Di album ini tak satupun lirik yang akan membuat pendengar melambung atau merona. Tema lagu-lagu di album Taifun jauh lebih “berisi”, menyentuh tema-tema psikologis yang lebih mendalam. Perasaan yang ditinggalkan oleh masing-masing track hanyalah perasaan emosional yang menghentak-hentak. Akhir kata, selamat mencicipi masterpiece yang sudah digadang-gadang sebagai album terbaik tahun ini hehehe. Selamat menyalakan BARASUARA!
#LongLiveLocalMusic (*liarenyapril)

[ PS: Saat Barasuara melalukan rangkaian Taifun Tour ke beberapa kota besar di Indonesia, sayang aku tidak berkesempatan menonton secara live karena (lagi-lagi) aku tak punya teman nonton yang ‘sepaham’ dengan musik Indonesia yang berkelas ini. Hmmm sedih]
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

[Monita Tahalea] Filosofi Bunga Liar Dalam Album Dandelion





Dandelion, bunga liar berwarna putih seperti gumpalan kapas yang hidup berkoloni. Jika tertiup angin, benihnya yang kecil dan ringan akan terbang meninggalkan sang bunga. Di manapun benihnya jatuh dan mengering, di sanalah bunga Dandelion akan tumbuh. Selama kehidupannya, bunga Dandelion akan terus menghasilkan benih-benih yang akan diterbangkan angin dan menghasilkan bunga-bunga baru. Seperti harapan.

Filosofi tentang bunga Dandelion inilah yang menjadi inspirasi judul album ke-dua milik penyanyi jazz Indonesia, Monita Tahalea. Album yang rilis tanggal 1 Desember 2015 lalu ini berisikan sembilan lagu yang didistribusikan oleh label Demajors. Dandelion rampung diproduksi berselang lima tahun sejak album pertama (Dream, Hope, & Faith) milik penyanyi jebolan Indonesian Idol ini dirilis di tahun 2010 lalu.

 
Bagiku pribadi, album ini merupakan satu diantara tiga musisi yang sangat aku tunggu rilis albumnya (selain Barasuara dan Payung Teduh). Penantian lima tahun berbuah manis dengan kehadiran album Dandelion yang menawan. Lagu andalan berjudul “Memulai Kembali” ini tidak henti aku ulang. Very easy listening song!

 
Materi yang ditawarkan album yang diproduseri Monita dan Gerald Situmorang ini tidak jauh berbeda dengan album terdahulu, lagu-lagu bertema cinta yang dibalut musik pop dan jazz. Namun tema yang disajikan tidak melulu tentang cinta sepasang kekasih, beberapa lagu menceritakan tentang persahabatan, kehidupan, dan harapan.

Lagu berjudul “Hai” yang bernuansa riang menjadi pembuka album yang sebagian besar direkam di SAE Studio ini. Liriknya dapat menjadi penyemangat hidup bagi sahabat yang sedang terluka. “Hai teman, apa kabar? Lama tak ku dengar suaramu. Apa harimu bermentari? Adakah malam dihiasi mimpi? Hai teman, hapus sudah senyum kelabu di wajahmu. Masa yang lalu telah berlalu. Kini hari baru bernyanyi untukmu.”

Memulai Kembali menjadi track kedua di album Dandelion. Sebelumnya aku hanya mendengarkan audio versi live lagu ini di Youtube sebelum video musik lagu ini resmi dirilis. Mudah menyukai lagu yang diaransemen oleh Gerald Situmorang ini. Namun ternyata versi album Dandelion memiliki aransemen yang jauh lebih kompleks. Mendengarkan paduan irama dan harmoni aransemennya saja sudah membuat kecanduan.
Lagu ke-empat berjudul Perahu (Perahu Jingga), lagu tentang harapan dengan lirik fantasi namun bagiku terdengar kelam. Walaupun begitu, diantara sembilan lagu di album ini Perahu adalah lagu yang paling aku sukai setelah Memulai Kembali. 

Jika sebelumnya berekspektasi bahwa album ini akan menjadi album yang “manis”, maka lagu ke lima berjudul “Bisu” mematahkan ekspektasi tersebut. Lagu ini merupakan salah satu lagu up-beat dengan lirik yang powerful.  “Diam seribu bahasa. Simpan sejuta makna. Kini ku rangkai kata. Coba sampaikan rasa. Oh bebaskanlah oh lepaskanlah. (Apa yang kau pikirkan) apa yang kau pikirkan. (Namun tak diucapkan) namun tak diucapkan. (Apa yang kau rasakan) apa yang kau rasakan. (Namun tak diucapkan) namun tak diucapkan”.

Track ke-enam diisi oleh sebuah ballad berjudul “Saat Teduh”, satu diantara dua lagu dengan aransemen paling minimalis di album Dandelion. Walaupun menghanyutkan, tetap enak dinikmati.

Setelahnya, satu-satunya lagu berbahasa Inggris berjudul I’ll Be Fine mengisi track ke-tujuh di album ini. Seperti “Bisu”, I’ll Be Fine bertempo cepat dengan tema move-on. “Today another day has gone. And I’m still here all alone stuck with the pieces of yesterday. Yesterday wasn’t enough. Sometimes life can be so tough . With all your love one hurting you. What about faith doesn’t it conquer? And you find the strength within you to go on”.

Album Dandelion ditutup oleh lagu berjudul Breathe. Meskipun berjudul Bahasa Inggris, lirik lagu ini ditulis dalam Bahasa Indonesia. Meskipun terkesan seperti lagu cinta biasa, namun aku menginterpretasikan lagu ini sebagai lagu spiritual yang menceritakan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Secara keseluruhan, bagiku album ini terasa positif, powerful, namun hangat dan feminin. Beberapa lagu cocok didengarkan saat teduh menuju senja, lagu-lagu lain dapat didengarkan saat berbagai macam pikiran hinggap di kepala. Mungkin juga saat jatuh cinta guys.
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

[Lirik Lagu] Album Telisik - Danilla




Pendahuluan
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
“…tiada lagi yang bisa temani ragaku, tiada lagi yang bisa bekali jiwaku”

Ada Di Sana
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
Ku tergetar saat menatap kedua matamu
Melahirkan seutas keinginan tuk memilikimu
Kian bertahan memandang raut wajahmu
Kulihat sebuah jalan yang langsung menuju batinmu
Sudikah kiranya kau..
Mengizinkan diriku untuk sejenak
Berkunjung ke dalam hatimu?
Pastikan ku ada di sana
Ku terbenam saat kau jatuh dalam pelukku
Menata semua perasaan saat kau ada denganku
Kuingin waktu tiada berhenti disini
Agar senantiasa tak kunjung engkau pergi
Seperti malam menanti esok pagi

Senja Di Ambang Pilu
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
Bertegur sapa di kala senja
Memerah meredam nyala surya
Dengan dia yang mencyat di batas kalbu
Memeluk hatiku yang dibelai rindu
Tak berdaya kuberada
Di ambang pilu
Ku tenggelam ke alam sepi
Ku ditelan sunyi memikirkanmu
(merindukanmu)
Mendamba masa untuk bersua
Dengan dia yang melintas di malam syahdu
Melepas semua curah rasa
Menghempas beban dan nestapa
Terikat dalam kedamaian
Kala dua insan yang sedang terlena
Mengenal firasat tersimpan pada manusia
Tersirat buaian keresahan takkan melayang

Buaian
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
Buaian,
Pesona dirimu membawaku masuk
Ke dalam buaian
Masih teringat jelas saat kau
Hadir di depanku
Buaian..buaian
Terpukau ku dibuatmu
Buaian,
Akan kucatat dalam ingatan
Yang tak ternilai
Buaian,
Sementara waktu kan merekam
jejak kisah kita
Tak perlu kau mengerti rasaku kepadamu
Biarkan jadi urusanku
Tak usah ku pahami rasamu kepadaku
Biarkan jadi urusanmu
Lihatlah senja.
Tertegun terpikat oleh dirimu
Malam pun terang benderang
cahayakan hadirmu
Buaian,
Menerpa merasuki jiwa yang tengah disentuh
Buaian,
Mungkinkah kelak suatu hari kau
kan jadi milikku
Buaian, buaian
Terpukau ku dibuatmu

Reste Avec Moi
Lagu oleh Ika Ratih Poespa
Syair oleh Denny Arantika
J’ai beaucoup d’amis
Des gens qui toujours parlent d’amour
Un garcon une fille et tous deux sont amoureux
J’ai toutes mes chansons
On les ecoute a la radio
Bois du cafe au lait fume une cigarette
Reste avec moi
Couche..la nuit est noires
La vie In n’entend pas bien
Je me reve quand tu m’appelles
Je viens te tenir dans mes bras
Les temps que tu m’a fait
La vie est jolie aujourd’hui
Ne dit jamais que tu me laisseras
Ma cherrie, reste avec moi
On a promis que
Jamais tu quittas une belle vie
Sans amoureux tu es partie
Loin d’ici..Reste avec moi
Rezte…

Wahai Kau (ft. Lafa)
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
Wahai kau
Yang kerap tersenyum manis di benakku
Berhentilah
Agar ku sanggup tidur kali ini
Wahai kau yang telah getarkan hati saat pagi,
Bersama turunnya butir embun yang perlahan
Wahai kau yang hadirkan resah saat kita berdua
Terpisah di tempat yang jauh untuk merindu
Ikut denganku serta melintasi alam nyata
Yang tersimpan dalam belaian di jiwa
Seakan kita benar, tak peduli akan salah
Oh, karena hati dan rasa bicara
Wahai kau yang selama ini jadi buaianku
Kemarilah saat senja bertemu malam gelap
Wahai kau yang kerap menangis di pelukku
Tersedulah karena ku duduk di sampingmu
Senantiasa bercumbu di kala hujan dan gemilang selimuti kita

Terpaut Oleh Waktu
Lagu & syair Lafa Pratomo
Tenggelam aku di rupamu
Ke palung rindu yang tersemu
Tak ada ruang yang tersisa dalam sendu
Tersimpan batas saat sayu mengadu
Kuingin kepadamu
Bayangmu inginku kucumbu
Tapi tersapu oleh sadarku
Nyatamu kian merayu
Terbius aku hingga membeku
Tapi ku terharu kau terpaut oleh waktu

OH NO! (Trembling Theory)
Syair dan lagu oleh Lafa Pratomo
Oh no, it starts again i’m trembling and wane
Oh no, it ruins my brain i’m going insane
Oh no, here comes the beat i’m dancing i can’t control
Oh no, here comes the heat i’m sweating
I need to take off my clothes
You do cause severe pain in my head
You do here and boiling in my blood
(we are lighter upon the ice, we are the snowflakes upon the fire)
Slow down, slow down
Hold on, hold on
Oh no, i travel far another from your guitar
Oh yes, a remedy restrain into a melody
I’m trembling
Oh how long it will be?
When it comes to quiet, ticking clock required

Junko Furuta
Lagu oleh Lafa Pratomo & Danilla Riyadi
Syair oleh Danilla Riyadi
I’ve read your Novembers, tortured by saboteurs
Ended from wounds and buried underground
Seconds of frightened wouldn’t be forgotten
Happines was fainted by soreness that painted
Cries you sang as your prayers,
With the shouts to carved your shatters
“Ganbare…” you said
Burned by sugar cane
“Hang in there..” you said
Let the dust remain
Days of a sudden doll who slept with pains
The last powerless crawled in a bloody chains
How could you build revenge while you calmed your heart?
How could you woke you hate while death is the new bed?

Berdistraksi
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
Ku melangkah terseok tuk dibunuh waktu
Seingatku waktu itu kau bersamanya
Ku menjadi bulan-bulanan oleh perasaan
Ku diabaikan dalam sendu
Hatiku membiru terperangkap menggerutu
Mengalihkan peristiwa,
Menampilkan kenyataan,
Yang tak kunjung usai
Sampai ujung waktu tiba
Hingga ku terjatuh tenggelam
Dalam keresahan
Ku terdiam tersungkur tuk dibunuh waktu
Walau nanti waktu pasti akan berlalu
Esok masih kau tak kunjung muncul
dan tak menentu
Mungkin aku masih bisa mengalihkan rindu
Mungkin begitu
Hatiku membiru terperangkap menggerutu
Hatiku membiru terperangkap menggerutu

Bilur
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
Laut rembang terpukau
Dirindukan sang danau
Terpisahkan oleh daratan
Dipersatukan sang hujan
Melupa tuk mengingat
Bahwa hasratnya tersirat
Dirasa di ujung dunia
Di saat pagi belia
Kita telah menjelma
Menjadi insan duka
Bilur jadi saksinya
Meretas dalam suka
Dan kita bertahan dalam sebuah kekhilafan
Mengingkari nyata dipisahkan tuan
Siapakah kita? Tiada perlu diartikan
Karena dalam diam saling merasakan
Jika nanti telah usai
Melepas beban muram
Tersisa luka yang memburai
Sebisa kan ku redam

Penutupan
Lagu & syair oleh Lafa Pratomo
“…terjebak di lintasan waktu, terbujur aku dan membatu…”

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.