Senin, 23 Mei 2016

[Danilla] Menelisik Album Telisik




“Bagi saya, sebuah lagu adalah entitas spesial bernyawa yang ditakdirkan untuk menemukan serta memilih sendiri siapa pelantunnya, siapa tuannya, siapa induknya, siapa yang mengasuhnya. Alih-alih penyanyi berbandrol “kelas wahid” dengan teknik suara ekstravagant dan sejumlah atribut keemasan lainnya, sejumlah lagu yang saya tulis lebih memilih sosok pelantun bersuara sederhana, jauh dari embel-embel mumpuni. Ia bernyanyi tidak hanya semata-mata dengan pita suaranya saja, melainkan melibatkan batinnya. Adalah Danilla JP Riyadi yang menjadi sosok ibu bagi lagu-lagu yang berderet di album ini, ia amat mencintai lagu yang ia lantunkan sebagaimana seorang ibu mencintai anaknya”.


Begitulah testimoni Lafa Pratomo mengenai Danilla dan album Telisik yang ia produseri. Mau tidak mau saya setuju dengan sang produser. Suara Danilla memang tidak “wah” seperti seorang diva, namun bagiku cara bernyanyinya yang unik memiliki pesona tersendiri. Yang pasti, lagu-lagu serta musik indah karya Lafa berkolaborasi dengan “ajaib” dengan suara Danilla yang teduh.

Memang sudah lama nama ini aku baca di twitter milik label Demajors, namun entah kenapa aku tidak tertarik mencari tahu tentangnya. Dalam pikiran, ia penyanyi pop dengan suara merdu seperti Raisa, Lala Karmela, dll. Lagu pertama yang aku dengarkan adalah Terpaut Oleh Waktu. Penasaran dengan penampilan penyanyinya, aku beralih ke Youtube dan menemukan video klipnya yang absurd. Tak sampai disana, saya juga menemukan “keanehan” di video klip Ada Di Sana. Hingga akhirnya, aku sempat mendengarkan lagu-lagunya di Soundcloud dan bertekad untuk memiliki album fisik Telisik.

Terdapat 13 track di album Telisik. Hampir semua lagu ditulis dan diaransemen oleh Lafa Pratomo. Lagu pertama berjudul Penutupan. Liriknya hanya satu baris “..terjebak di lintasan waktu, terbujur aku dan membatu..”. Lagu pembuka yang terasa suram. Namun di track kedua, pendengar disuguhi lagu cinta mendayu berjudul Ada Di Sana. Aroma jazz terasa di lagu ini. Dan liriknya, walaupun berkisah tentang jatuh cinta namun tidak terkesan cengeng. ” Sudikah kiranya kau, mengizinkan diriku untuk sejenak berkunjung ke dalam hatimu..pastikan ku ada di sana” begitulah sepenggal liriknya.

Lagu selanjutnya berjudul Senja Di Ambang Pilu. Walaupun judulnya muram, namun lagu ini adalah salah satu lagu yang lumayan nge-beat dan bertempo cepat. Liriknya sendiri bercerita tentang kerinduan yang amat sangat terhadap seseorang. “Tak berdaya ku berada di ambang waktu untuk memulai pilu. Kutenggelam ke alam sepi, ku ditelan sunyi memikirkanmu (memikirkanmu)”.

Buaian mengisi posisi track ke empat. Lagu beraroma swing ini bercerita tentang jatuh cinta. “Buaian, pesona dirimu membawaku masuk ke alam buaian. Masih teringat jelas waktu kau hadir di depanku. Buaian, buaian..terpukau ku dibuatmu”. Namun mungkin ada kalanya perasaan cinta itu dinikmati sendirian. “Tak perlu kau mengerti, rasaku kepadamu, biarkan jadi urusanku. Tak usah kau pahami rasamu kepadaku, biarkan jadi urusanmu”.

Lagu selanjutnya adalah Reste Avec Moi yang ditulis oleh ibu Danilla sendiri, Ika Ratih Poespa. Aku tidak mengerti bahasa prancis dan aku belum menemukan terjemahan yang tepat untuk lagu ini haha. Namun, sepertinya lagu ini bercerita tentang mengajak seseorang untuk tidak pergi dan tetap tinggal. Sejujurnya aku lebih menyukai versi akustik yang terdengar lebih emosional.

Track keenam berjudul Wahai Kau, diawali dengan petikan gitar dan suara teduh Danilla bernyanyi ” Wahai kau, yang kerap tersenyum manis di benakku. Berhentilah. Agar kusanggup tidur kali ini”. Di lagu ini Danilla berduet dengan sang produser Lafa Pratomo. Lagu swing ini semakin terasa manis saat ditambah suara siulan, membuat kita terbuai dan berbunga-bunga.

Terpaut Oleh Waktu adalah track ketujuh yang beraliran jazz bertempo lambat. Lagu ini menjadi favoritku! Aransemennya sederhana dan didominasi oleh piano. Liriknya puitis dan sukar dimengerti “ Bayangmu ingin kucumbu, tapi tersapu oleh sadarku. Nyatamu, kian merayu. Terbius aku hingga membeku. Tapi kuterharu kau terpaut oleh waktu”.

Lagu selanjutnya adalah OH NO! (Trembling Theory). Lagu dengan aransemen yang lumayan rumit dan berat. Sebuah sumber menyebutkan bahwa lagu ini bercerita tentang sex. Uh oh, i agree. Mendengarkannya saja membuat kita menarik nafas, apalagi ditambah bunyi-bunyian gitar elektrik yang mendominasi. Liriknya tidak eksplisit, malah dapat diartikan ke suasana lain. “Oh no, it start again i’m trembling and wane. Oh no, it ruins my brain i’m going insane”.

Di lagu kesembilan, Danilla menulis lagu tentang Junko Furuta, seorang siswa yang disiksa, diperkosa, dan dibunuh pada tahun 1980an. Setelah membaca kisah tentang Junko Furuto, Danilla bertekad untuk membuat lagu tentangnya. Hingga terciptalah sebuah lagu jazz..soul yang sangat kelam. Liriknya membuat saya merinding “ How could you build a revenge while you calmed your heart? How could you woke you hate while death is the new bed?”.

Tinggalkan lagu Junko Furuta yang tragis, kita beralih ke track sepuluh yang berjudul Berdistraksi. Lagu ini sepertinya bercerita tentang kecemburuan. Salah satu lagu swing yang membuat kita ingin berdendang dan bergoyang. Liriknya puitis dan sederhana, namun mengena. “Ku melangkah terseok tuk dibunuh waktu. Seingatku waktu itu kau bersamanya. Ku menjadi bulan-bulanan oleh perasaan. Ku diabaikan dalam sendu. Hatiku membiru, terperangkap. Menggerutu”.

Lagu selanjutnya berjudul Bilur. Lagu ini sangat sulit diartikan. Aku masih belum tahu lagu ini bercerita tentang apa. Sepertinya sangat filosofis. Seperti Junko Furuta, lagu ini menyayat-nyayat jiwa, apalagi ditambah dengan gesekan biola. “Dan kita bertahan dalam sebuah kekhilafan. Mengingkara nyata, dipisahkan tuan. Siapakah kita? Tiada perlu diartikan. Karena dalam diam, saling merasakan”. 

Lagu ke 12 adalah sebuah cover version, My Favorite Things, salah satu lagu di film musikal The Sound Of Music. Versi Danilla lebih jazzy dan lebih panjang. Versi akustik aku dengarkan di souncloud milik Danilla, kali ini berduet dengan Lafa Pratomo. Dan aku lebih menyukai versi tersebut, hehehe.

Sebagai lagu penutup berjudul Pendahuluan. Seperti Penutupan, lagu ini hanya satu baris “..tiada lagi yang bisa temani ragaku…tiada lagi yang bisa bekali jiwaku..”.

Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

1 komentar:

  1. ya ampun bnyak banget artis indo baru yg berbakat.. knpa rasanya mereka jarang terdengar

    BalasHapus